IMPROVING VOLLY BALL WITH PEER TEACHING UNDERSTANDING PASSING ABILITY IN CLASS VI STUDENTS
SD N 1 GUNUNG TERANG STUDY YEAR 2018/2019
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PASSING BAWAH PERMAINAN BOLA VOLLY DENGAN PEER TEACHING PADA SISWA KELAS VI SD N 1 GUNUNG TERANG TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Yanhar
SD N 1 Gunung Terang Provinsi Lampung
ABSTRACT
The purpose of this study is: to improve student learning activities in the basic competency of volleyball game class VI PJOK subjects. To improve student learning outcomes in the basic competencies of PJOK class VI eye volleyball game. In cycle 1, learners' learning activities were obtained 72.9% Good, while in cycle 2 there was an increase of 100% and achieved very good and good categories. In cycle 1, student learning outcomes were obtained by 15 students from 24 students who had reached KKM. The highest score was obtained 78 while the lowest value was obtained by 60 with a total of 1665. While in cycle 2, 23 students from 24 students had reached KKM. The highest value is obtained 80 while the lowest value is obtained by 60 with a total of 1765 percentages 100%. This shows that the learning outcomes of students have increased and students who have not finished are reduced, so that the learning objectives are achieved in cycle 2.
Key Word: Lower Passing and Peer Teaching
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada kompetensi dasar permainan bola voli mata pelajaran PJOK kelas VI. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar permainan bola voli mata PJOK kelas VI. Pada siklus 1, aktivitas belajar peserta didik diperoleh 72,9% Baik, Sedangkan pada siklus 2 mengalami peningkatan diperoleh 100% mencapai kategori sangat baik dan baik. Pada siklus 1, hasil belajar peserta didik diperoleh 15 peserta didik dari 24 peserta didik telah mencapai KKM. Nilai tertinggi diperoleh 78 sedangkan nilai terendah diperoleh 60 dengan jumlah seluruh 1665. Sedangkan pada siklus 2 diperoleh 23 peserta didik dari 24 peserta didik telah mencapai KKM. Nilai tertinggi diperoleh 80 sedangkan nilai terendah diperoleh 60 dengan jumlah seluruh 1765 persentase 100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan dan peserta didik yang tidak tuntas berkurang, sehingga tujuan pembelajaran berhasil dicapai pada siklus 2 ini.
Kata Kunci: Passing Bawah dan Peer Teaching
Kegiatan pembelajaran sebagai sistem instruksional mengacu kepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Sebagai suatu sistem, kegiatan pembelajaran meliputi sejumlah komponen yang salah satunya adalah model pembelajaran. Model pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat, membuat siswa akan lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru dan siswa terlibat aktif dalam suasana pembelajaran khususnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (PJOK). Pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sesuai dengan usianya akan lebih berkesan bagi siswa, mereka merasa nyaman dan tidak ada rasa canggung dalam proses pembelajaran.
Jika guru selalu menggunakan metode ceramah kemudian dipraktekan dan diajarkan sendiri oleh guru. Hal tersebut menyebabkan proses pembelajaran menjadi tidak efektif. Sehingga timbul permasalahan, seperti Siswa menjadi ribut, siswa menjadi bingung, siswa menjadi pasif, siswa tidak merespon, siswa asik bermain, saat pembelajaran siswa tidak mampu meniru gerakan yang di ajarkan (aktivitas belajar rendah), dan pada saat pengambilan nilai siswa tidak mampu mempraktikkan pembelajaran, dari 24 siswa ada 20 siswa yang belum mencapai KKM ( Hasil belajar rendah) khususnya pada mata pelajaran PJOK dan kesehatan Siswa kelas VI SD Negeri 1 Gunung Terang Kecamatan Bulok kabupaten Tanggamus.
Rendahnya aktivitas dan hasil belajar tersebut berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar yang dijabarkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel Hasil Belajar PJOK Siswa Kelas VI
No. | Jumlah Siswa | Prosentase | Keterangan |
1 | 4 | 16,6% | Tuntas |
2 | 20 | 83,4% | Belum Tuntas |
Jumlah | 24 | 100% |
|
Berdasarkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran PJOK kelas VI SD Negeri 1 Gunung Terang dapat diidentifikasi beberapa masalah yang muncul yaitu sebagai berikut: Guru memberikan penjelasan dengan menggunakan metode ceramah; Terdapat alat bantu pembelajaran bola ; Perhatian anak-anak tertuju kepada apa yang disampaikan guru secara lisan ; Penjelasan guru menggunakan suara yang keras ; Guru memberikan contoh ; Ketika guru memberi kesempatan anak untuk bertanya, tidak seorang pun yang bertanya ; Guru membentuk barisan anak melingkar. Guru di tengah ; Guru mengajarkan langsung tehnik pasing secara bergantian kepada anak satu persatu ; Ketika waktu habis masih banyak anak yang belum bisa melakukan apa yang di ajarkan ; hanya 4 anak dari 24 anak yang mampu mempraktekan gerakan pasing dengan benar; 80% anak hasil belajarnya rendah dan di bawah KKM.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: apakah dengan menggunakan metode Peer Teaching mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran PJOK pada siswa kelas VI SD N 1 Gunung Terang Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2018/2019?
Berdasarkan rumusan masalah sebagai mana telah dikemukan di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada kompetensi dasar permainan bola voli mata pelajaran PJOK kelas VI. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar permainan bola voli mata PJOK kelas VI.
Belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir sebagi hasil dari pengalamannya dirinya dalam interaksi dengan lingkungannya. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu apabila terjadi perubahan tertentu, misalnya dari tidak dapat menghitung menjadi dapat menghitung. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Kemudian belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya.
Senada dengan apa yang disampaikan oleh Usman bahwa dalam belajar terdapat suatu perubahan-perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut terjadi secara sadar, bersifat kontinyu, positif dan aktif, bersifat tetap serta mencakup seluruh aspek tingkah laku. Dalam kaitan dengan pengertian belajar, beberapa ciri dari belajar sebagai berikut: Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial; Perubahan itu pada dasarnya berupa kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama; Perubahan itu terjadi karena usaha;
Belajar juga memiliki tujuan yaitu dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya (Sagala Syaiful: 2009).
Sedangkan, secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono: 2000). Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar: 2002).
Berangkat dari pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara pendidik dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh peserta didik (student of learning), dan bukan pengajaran oleh pendidik (teacher of teaching) (Suryosubroto: 1997). Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus pembelajaran yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuantujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik. Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar peserta didik.
Menurut Sukmadinata (2008), mengemukakan bahwa belajar sesuatu bidang pelajaran, minimal meliputi tiga proses. Pertama, proses mendapatkan atau memperoleh informasi baru untuk melengkapi atau menggantikan informasi yang telah dimiliki atau menyempurnakan pengetahuan yang telah ada. Kedua, transformasi yaitu proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas yang baru. Ketiga, proses evaluasi untuk mengecek apakah manipulasi sudah memadai untuk dapat menjalankan tugas mencapai sasaran.
Berbicara tentang belajar, maka tidak lepas dari proses pembelajaran. Dalam hal ini Hamalik (1995) menjelaskan, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka terdapat perbedaan pemahaman tetang belajar dan pembelajaran. Belajar diartikan sebagai usaha yang dilakukan seorang individu dalam memperoleh perubahan perilaku, sedangkan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan orang lain terhadap seorang individu dengan memberikan informasi dan pengetahuan.
Menurut Sardiman (2011), yang dimaksud aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh peserta didik. Kegiatan belajar / aktivitas belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik.
Sebelum seorang pendidik melakukan penilaian hasil belajar, seharusnya guru tersebut mengetahui terlebih dahulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan hasil belajar. Hal ini agar tidak terjadi kesalahan dalam penilaian hasil belajar, karena seringkali seseorang yang tidak memahaminya hanya tau hasil belajar dalam makna sempit yaitu "nilai". Maka berikut akan diulas beberapa pengertian hasil belajar menurut para ahli sebagai tambahan referensi pengetahuan.
Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran. Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan hasil belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Sukmadinata (2008), hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar yang dapat diukur dengan menggunakan tes guna melihat kemajuan peserta didik. Hasil belajar diukur dengan rata-rata hasil tes yang diberikan dan tes hasil belajar itu sendiri adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh peserta didik dengan tujuan mengukur kemajuan belajar peserta didik. Tes hasil belajar bermaksud untuk mengukur sejauh mana para peserta didik telah menguasai atau mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Gunung Terang Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VI yang berjumlah 24 orang. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Masing – masing siklus terdiri atas 2 kali pertemuan. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas belajar peserta didik pada siklus diperoleh skor sangat baik persentase 0%, skor baik persentase 72,9%, skor cukup persentase 27,1%, dan skor kurang dengan persentase 0 . Ini menunjukkan bahwa aktivitas peserta didik masih ada yang tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian aktivitas peserta didik pada pembelajaran siklus 1 masih harus diperbaiki pada siklus 2 untuk mencapai aktivitas peserta didik yang lebih baik.
Berdasarkan dari hasil belajar siswa pada siklus 1 yang merujuk pada indikator KKM 65 diperoleh 15 peserta didik Tuntas dan 9 peserta didik yang belum mencapai KKM . Nilai tertinggi diperoleh 78 sedangkan nilai terendah diperoleh 60, dengan jumlah nilai 1665, dan rata – rata nilai 69,4%. Penelitian dilanjutkan pada siklus 2. Hal ini didasarkan pada hasil belajar peserta didik masih ada yang belum mencapai KKM dan nilai rata- rata peserta didik masih rendah.
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas belajar peserta didik pada siklus 2 diperoleh skor sangat baik 27 dengan persentase 25%, skor baik 69 dengan persentase 75% dan skor cukup 0 dengan persentase 0%. Dengan demikian pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 2 aktivitas peserta didik meningkat, bahkan mencapai kategori baik sehingga penelitian ini tidak perlu dilanjutkan siklus berikutnya.
Berdasarkan dari hasil belajar peserta didik yang merujuk pada indikator KKM 65 diperoleh 23 siswa dari 24 peserta didik telah mencapai KKM. Nilai tertinggi diperoleh 80 sedangkan nilai terendah diperoleh 60 dengan jumlah seluruh 1765 persentase 95.8%. Data tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar peserta didik dari siklus pertama ke siklus kedua. Dengan demikian, penelitian tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan dapat disimpulan sebagai berikut: Pada siklus 1, aktivitas belajar peserta didik diperoleh 72,9% Baik, Sedangkan pada siklus 2 mengalami peningkatan diperoleh 100% mencapai kategori sangat baik dan baik. Dengan demikian, penelitian yang telah dilaksanakan berhasil memenuhi tujuan. Pada siklus 1, hasil belajar peserta didik diperoleh 15 peserta didik dari 24 peserta didik telah mencapai KKM. Nilai tertinggi diperoleh 78 sedangkan nilai terendah diperoleh 60 dengan jumlah seluruh 1665. Sedangkan pada siklus 2 diperoleh 23 peserta didik dari 24 peserta didik telah mencapai KKM. Nilai tertinggi diperoleh 80 sedangkan nilai terendah diperoleh 60 dengan jumlah seluruh 1765 persentase 100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan dan peserta didik yang tidak tuntas berkurang, sehingga tujuan pembelajaran berhasil dicapai pada siklus 2 ini.
Pembelajaran hendaknya pendidik dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan seperti model pembelajaran peer teaching, agar tidak terjadi kejenuhan pada peserta didik dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran PJOK; Pendidik seharusnya dapat memanfaatkan media pembelajaran sebagai pendukung proses pembelajaran seperti penggunaan bola plastik atau bola kulit dalam permainan bola voli.
DAFTAR PUSTAKA
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam. Cet. II, Bandung: Refika Aditama.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara.
https://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-pendidikan-jasmani-olahraga-dan-kesehatan-sdmi/, di akses pada tanggal 6 September 2017 pukul 03.36 WIB
http://googleweblight.com/?lite_url=http://pendidikanjasmani13.blogspot.com/2014/06/model-model-pembelajaran-penjas, di akses pada tanggal 6 September 2017 pukul 03.24 WIB
http://krisdaning217.blogspot.co.id/2012/03/pentingnya-pembelajaran-penjaskes-pada.html, di akses pada tanggal 6 September 2017 pukul 03.40 WIB
http://penelitiantindakankelas07.blogspot.co.id/2014/04/hasil-belajar-siswa.html, di akses pada tanggal 6 September 2017 pukul 23.49 WIB
http://www.kompasiana.com/ikpj/aktivitas-belajar_54ffb1d3a33311825c50ffd9, di akses pada tanggal 6 September 2017 pukul 22.57 WIB
Huda, Mihtahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mudjiono dan Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata. 2008. Pembelajaran Sekolah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Tilaar, H.A.R. 2002. Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Cet. III, Bandung: Remaja Rosdakarya.
*Yanhar, S.Pd
*SD N 1 Gunung Terang Provinsi Lampung
*********