MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN CALON KEPALA SEKOLAH MELALUI PENDAMPINGAN MANDIRI

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN CALON KEPALA SEKOLAH MELALUI PENDAMPINGAN MANDIRI
IMPROVING THE LEADERSHIP OF PROSPECTIVE SCHOOLS THROUGH INDEPENDENT MENTORING MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN CALON KEPALA SEKOLAH MELALUI PENDAMPINGAN MANDIRI DR.Rinderiyana, S.Sos, M.Pd IBI Darmajaya Provinsi Lampung ABSTRACT The purpose of this study was to examine the leadership of the Principal Candidates (CKS) through the independent aspect. Pre-observations show that prospective school principals seem to lack independence in learning so they tend to make reports on work results in the form of copy and paste or made by other people. This problem is a concern to be studied in this case the CKS leadership in completing the report. The solution taken was to provide independent assistance which in its implementation was able to increase the independence of CKS. The results of the independent assistance resulted in an OJL report that was made by the CKS themselves and they understood the duties that had to be done as school principals. Key Word: Leadership and Independent Mentoring ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kepemimpinan Calon Kepala Sekolah (CKS) melalui aspek mandiri. Pra observasi menunjukkan calon kepala sekolah terlihat kurang kemandirian dalam belajar sehingga cenderung membuat laporan hasil kerja bentuk copy paste atau buatan orang lain. Permasalahan ini menjadi perhatian untuk dikaji dalam hal ini kepemimpinan CKS dalam menyelesaikan laporan. Solusi yang dilakukan adalah melakukan pendampingan mandiri yang pada pelaksanaannya mampu meningkatkan kemandirian CKS. Hasil pendampingan mandiri menghasilkan laporan OJL yang dibuat sendiri oleh CKS dan mereka memahami tugas yang harus dilakukan sebagai kepala sekolah. Kata Kunci: Kepemimpinan dan Pendampingan Mandiri Seorang kepala sekolah wajib menguasai dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial, yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Namun sangat disayangkan melihat data Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Lampung pada tahun 2017 kajian Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) CKS di propinsi Lampung, diperoleh data masih lemahnya kompetensi kepala sekolah/madrasah secara umum. Data menunjukkan rata-rata penguasaan kompetensi sebesar 60%, yang bila diartikan masih perlu perbaikan guna meningkatkan penguasaan yang masih kurang sebesar 40%. Berdasarkan data tersebut, tentunya CKS perlu untuk belajar agar AKPK meningkat. Sayangnya meski melihat AKPK rendah, sebagian besar CKS tidak terlalu mempedulikan hasil AKPK nya. Hal tersebut ditunjukkan dari perilaku awal di In 1, yang kebanyakan CKS ingin jalan pintas yaitu membuat laporan On the Job Learning (OJL) dengan cara meng- copy paste laporan orang lain yang kenyataannya tidak sama dengan kondisi CKS. Masalah ini muncul karena ketidakpercayaan diri CKS dalam menyusun laporan, cenderung malas, yang dapat dikonotasikan tidak mandiri. Bagaimanapun CKS yang membuat sendiri laporan OJL tentu lebih memahami tugas kepala sekolah. Pemahaman CKS terhadap tugas kepala sekolah memiliki pengaruh ke depan, jika menjadi kepala sekolah maka CKS telah paham tugas sebagai kepala sekolah. Permasalahan tersebut menjadi fokus penting, dan perlu untuk mencari jalan keluar atau solusi, dalam hal ini peran Master Trainer (MT) menjadi sangat berharga untuk meningkatkan kemandirian CKS. Bagaimanapun CKS harus dapat menguasai kompetensi dengan kemandirian belajar. Disinilah MT memiliki peran untuk menghasilkan para kepala sekolah hebat, berdedikasi tinggi dan memiliki integritas. Identifikasi masalah tersebut, melahirkan masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu: “apakah pendampingan mandiri dapat meningkatkan kepemimpinan calon kepala sekolah di Propinsi Lampung?” Pendampingan mandiri dalam kegiatan OJL sebagai langkah untuk meningkatkan kemandirian belajar CKS, dengan menciptakan suasana menyenangkan dan aktif berdiskusi menggunakan media teknologi yang berisikan informasi cerdas, maka akan tercapai hasil belajar maksimal, peserta CKS akan melaporkan hasil kerja OJl dengan sebenar-benarnya dan tidak copy paste pekerjaan orang lain. Penelitian ini menekankan pada kemandirian belajar, mengingat peserta CKS sudah semestinya belajar tanpa menggantungkan pihak lain, hal ini terkait dengan tugasnya untuk memahami tugas kepala sekolah di sekolah magang, dimana setiap kondisi sekolah berbeda dengan kondisi sekolah lainnya. Tentu berbedanya persoalan di sekolah satu dengan sekolah lainnya, menjadikan seseorang yang belajar harus sesuai kondisi dan situasi sekolahnya tersebut. Bagaimana mungkin seandainya CKS belajar dengan bantuan orang lain yang membuatkan hasil pekerjaan laporan OJL akan sesuai dengan kondisi dan situasi sekolah magang, apabila yang membuatkan tidak mengetahui persis kondisi dan situasi sekolah magang CKS, karena itu tidak heran ketika IN 2 yaitu saat peserta CKS melaporkan hasil OJL menjadikan peserta CKS selain tidak menguasai laporannya juga tidak memahami apa tugas di sekolah magang, juga ditemukan kesalahan dalam pelaporan yang terkadang tidak pas dan ketahuan jika dibuatkan. Lebih fatalnya adalah ketika MT menemukan kesalahan pengetikan yang sangat tidak rasional, yaitu berbeda nama daerah atau nama sekolah, copy paste yang dilakukan oleh peserta CKS ini seringkali ditemukan. Persoalan inilah yang musti diatasi oleh MT dalam hal ini pendamping, mengingat sudah sepatutnya peserta CKS melaporkan bukti hasil laporan OJL secara benar dan mereka sangat menguasai materi yang telah dipelajari selama OJL di sekolah magang. Percaya bahwa peserta CKS dapat melaporkan OJl dengan benar dan melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain, termasuk copy paste, maka penelitian ini menekankan pada kemandirian belajar dalam kepemimpinan CKS. Peserta CKS harus dapat melaporkan hasil OJl yang benar dan memahami langkah-langkah yang harus dikerjakan, sehingga secara keseluruhan peserta CKS layak lulus dalam Diklat CKS dan berpotensi untuk diangkat menjadi kepala sekolah. Pendampingan merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh MT dalam penyelesaian laporan On the Job Learning (OJL) calon kepala sekolah (CKS). Pendampingan dilakukan selama rentang 3 bulan atau setara dengan 200 JP, yang tertera dalam struktur program Diklat CKS. Kegiatan pendam;pingan mandiri tentu memerlukan konsep dalam pembelajaran yaitu Menyenangkan, Aktif, Teknologi, dan Informasi Cerdas. Pengertian definisi pembelajaran tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Menyenangkan Menyenangkan seringkali dikenal dengan istilah joyfull learning, pembelajaran yang menekankan pada aspek terciptanya suasana nyaman belajar dan peserta didik merasa bahagia dalam belajar. Menyenangkan dapat juga diartikan suasana pembelajaran yang hidup, yang mendorong pemusatan perhatian peserta didik dalam belajar (Rinderiyana, 2015: 4). Pendapat lain menyatakan bahwasanya setiap peserta didik dapat menikmati pembelajaran yang menyenangkan jika lingkungan kondusif untuk belajar (Widiasworo, 2017: 68). Jadi pembelajaran yang menyenangkan adalah terciptanya suasana belajar yang kondusif dan memunculkan semangat belajar. 2. Aktif Aktif adalah pembelajaran yang membuat peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran (Widiasworo, 2017: 28). Sependapat dengan hal ini, bahwasanya pembelajaran aktif adalah peserta didik maupun guru saling berinteraksi untuk menunjang pembelajaran. (Rinderiyana, 2015: 4). Jadi pembelajaran aktif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memfokuskan pada peserta didik untuk aktif belajar. 3. Teknologi Pada dasarnya peran teknologi di sini lebih kepada alat atau media yang membantu pembelajaran lebih efektif dan efisien, sehingga memungkinkan belajar kapan saja, dimana saja, sehingga pembelajaran tidak terbatas ruang dan waktu. (Rinderiyana, 2016: 9). Jadi pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan saluran telpon, sms, maupun whatshaap atau bentuk tekonologi lainnya misalnya email. 4. Informasi Cerdas Seorang yang belajar harus dapat memilah mana informasi yang benar dan mana yang menyesatkan. Peserta didik harus dapat mengkonstruk pesan menjadi informasi cerdas. Jadi peserta didik dalam hal ini CKS dapat memahami informasi yang diterima menjadi informasi yang benar. Penjelasan materi oleh peserta didik akan meninggalkan kesan yang memberikan makna mendalam pada diri peserta didik karena mereka mampu menjelaskan materi tanpa melihat atau mencontoh buku yang ada (Widiasworo, 2017: 59). Jadi Informasi Cerdas merupakan kemampuan peserta didik mengkomunikasikan konsep-konsep pengetahuan menjadi bermakna. Berikut ini gambaran lengkap mengenai peran narasumber dan CKS dalam pendampingan mandiri: a. Menyenangkan 1) MT senang karena mampu mengkondisikan peserta CKS mampu untuk bertanya, berdiskusi, dan berbagi gagasan. 2) Peserta CKS senang karena berani bertanya, mendapatkan pengetahuan, dan kegiatan menarik sekaligus meningkatkan motivasi belajar b. Aktif 1) MT aktif memantau kegiatan belajar peserta CKS, memberi umpan balik, mempertanyakan sejauh mana pelaporan, dan mengajukan pertanyaan yang menantang untuk penyelesaian tugas. 2) Peserta CKS aktif bertanya, bekerja, mengemukakan gagasan, mempertanyakan gagasan, dan memecahkan masalah. c. Teknologi 1) MT memanfaatkan teknologi dalam bentuk komunikasi kapan saja dan dimana saja, tidak terbatas ruang dan waktu, menggunakan email, sms, telpon, dan whatshaap. 2) Peserta CKS memanfaatkan teknologi dalam bentuk komunikasi kapan saja dan dimana saja, tidak terbatas ruang dan waktu, menggunakan email, sms, telpon, dan whatshaap. d. Informasi Cerdas 1) MT merencanakan, menyampaikan dan mengembangkan pesan menjadi informasi cerdas. 2) Peserta CKS menerima, merancang, membuat, menulis pesan menjadi informasi cerdas. Adapun hasil atau dampak dari pendampingan mandiri yaitu tercapainya kemandirian dalam belajar, indikator keberhasilan terlihat pada: Efektfitas, CKS semangat belajar dan mudah memahami hal-hal yang dipelajari; Efisiensi, CKS dapat memanfaatkan bantuan belajar yang sebelumnya tidak maksimal; dan Produktivitas, CKS menghasilkan laporan hasil belajar berupa karya sendiri. Keberhasilan pendampingan mandiri, khususnya dalam meningkatkan kemandirian belajar CKS tentunya tidak terlepas dari kesungguhan MT untuk mengatasi persoalan copy paste yang sering dilaksanakan peserta CKS dalam menyelesaikan tugasnya. Pada pelaksanaan tatap muka pendampingan OJl 1, masih banyak peserta yang copy paste, hal ini ditemukan kesalahan pelaporan karena ketidakmengertian bagaimana mengerjakan dan menyusun laporan OJL. Pelaporan OJL 1 sebanyak 80% peserta CKS masih gagal menyusun laporan, ditandai dengan pengisian instrument yang masih belum memenuhi kriteria penilaian. Hasil wawancara terhadap peserta CKS, sebagian besar 60% menjawab bahwasanya mereka copy paste dikarenakan cara itu lebih mudah, tanpa mereka harus repot-repot mengerjakan tugas, menurut mereka sangat praktis. Selanjutnya 20% menjawab bahwasanya copy paste yang mereka lakukan karena mereka tidak memahami apa yang harus dilakukan, dan 20% peserta lainnya berupaya keras tidak melakukan copy paste meski tidak memahami apakah laporan yang dibuat benar atau tidak. Setelah diberikan pengarahan, tanya jawab, diskusi dan motivasi bahwa kemandirian belajar sangat penting dan laporan OJl pasti terselesaikan dengan baik, semua peserta 100% CKS menyatakan semangat untuk membuat laporan OJL tanpa copy paste. Selanjutnya, persiapan tatap muka pendampingan OJL 2, selama menunggu pelaksanaan tatap muka pendampingan OJL 2, terdapat rentang waktu untuk tetap berkomunikasi. Saat inilah waktu yang tepat untuk terus melakukan pendampingan mandiri. Pendampingan mandiri yang dilakukan meski berjalan dengan baik, namun tetap ditemui kendala yaitu masih ada peserta yang malu untuk bertanya, atau pertanyaan sudah dijawab namun tetap tidak dipahami sehingga harus berulang kali disampaikan. Kendala lainnya yaitu ketika menggunakan signal internet ternyata ada yang kehabisan kuota, padahal saat itu diskusi sedang berlangsung, atau saat melakukan diskusi melalui whatshaap,tidak semua peserta kondisi online, sehingga terkadang informasi yang masuk tertunda.Namun demikian, persoalan ini tidak terlalu mempengaruhi target ketercapaian hasil belajar. Pada pelaksanaan tatap muka pendampingan OJL 2, peserta CKS sudah menunjukkan hasil yang lebih baik, pemahaman peserta CKS dalam menyelesaikan tugas dikerjakan dengan mandiri, masing-masing peserta CKS bekerja dan melaporkan hasilnya sendiri. Peserta telah memahami tugas yang harus dikerjakan setelah mendapatkan pendampingan mandiri. Hasil instrument penilaian hasil kerja peserta CKS rata-rata telah mencapai ketuntasan laporan, bahkan ada yang menyelesaikan laporan mendekati 90%. Hasil yang menggembirakan adalah ketika pelaksanaan laporan OJL saat In 2, peserta CKS sangat percaya diri melaporkan apa yang telah mereka kerjakan. Sebagian besar hasil laporan OJL peserta CKS sangat baik dan benar, yang ditandai tidak diketemukannya kesamaan persis laporan antar peserta. Tidak diketemukan indikasi plagiat atau copy paste. Peserta CKS memahami apa yang harus dilakukan seorang kepala sekolah. Meski demikian, masih ditemukan kendala dalam pendampingan mandiri yaitu: Ada 3 peserta CKS yang hasil laporan OJL masih copy paste. Sebagian kecil peserta CKS kesulitan untuk mengoperasikan komputer, meski sudah berupaya belajar, namun sesekali mereka membutuhkan bantuan. Semangat lulus diklat CKS dengan menghalalkan segala cara. Kendala tersebut disampaikan oleh MT dengan cara menegur peserta CKS dengan menggunakan kalimat tanya, mengapa ada 3 orang peserta yang memiliki beberapa lembar halaman yang sama persis? Pertanyaan ini disambut peserta CKS dengan gelak tawa, dan yang merasa bersalah menyadari bahwa dirinya bersalah telah melakukan plagiat dan siap untuk memperbaiki. Kemudian kendala ke dua berupa ketidakmampuan mengoperasikan komputer, MT memberikan contoh mengapa tertulis Daftar Pustaka namun isi Daftar Pustaka di halaman sebelah. Hal ini juga disambut gelak tawa peserta, peserta yang merasa ketidakmampuan mengoperasikan komputer dengan baik segera berkata akan terus belajar sehingga mampu mengoperasikan komputer dengan baik, khususnya menggunakan microsoft word dan power point. Sementara itu, peserta CKS yang masih berpikir untuk menghalalkan segala cara, MT memberikan pengertian bahwasanya jalan yang dipilih bukan jalan terbaik, bahkan bila hal itu dilakukan maka bisa dipastikan tidak akan lulus. Cara curang atau tidak pantas untuk dilakukan dengan tujuan lulus diklat sangat berkemungkinan ketahuan dan dipastikan fatal akibatnya yaitu tidak lulusnya peserta CKS. Kepemimpinan seorang CKS dibutuhkan untuk menjadi teladan dalam lingkungannya. Hasil Pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan, secara keseluruhan dapat dilihat dalam tabel rekapitulasi di bawah ini: Tabel Analisis Rekapitulasi Hasil Pendampingan Mandiri No Pernyataan Hasil Evaluasi Hasil Analisis 1 Kesesuaian tujuan pembelajaran dengan waktu pelaksanaan Tujuan telah sesuai dan peserta CKS mampu menyelesaikan laporan OJL Telah tercapai tujuan pembelajaran 2 Kecukupan alokasi waktu Waktu yang dilaksanakan cukup Diperlukan strategi memanage waktu, mengingat peserta CKS tidak hanya melaksanakan OJL tetapi juga tetap melaksanakan tugasnya sebagai guru 3 Ketersediaan bahan OJL Tersedianya cukup matriks OJL Setiap peserta CKS wajib memiliki matriks OJL sebagai pendukung kegiatan OJL 4 Kemampuan mengoperasikan komputer Sebagian besar telah memiliki kemampuan mengoperasikan computer Yang tidak mampu mengoperasikan komputer mulai belajar mengoperasikan 5 Penguasaan materi pelajaran Setiap peserta CKS daya tangkap berbeda, ada yang sangat memahami, memahami, cukup memahami, dan kurang memahami Perlu dilakukan pengulangan materi bagi yang cukup dan kurang memahami materi 6 Pelibatan peserta dalam pembelajaran Sangat terlibat, peserta aktif dalam kegiatan Keaktifan peserta terjadi karena mereka terlibat langsung dan nyaman belajar 7 Penyampaian materi pembelajaran Sangat jelas dan disertai lampiran matrik OJL Penjelasan perlu dengan contoh pengisian matrik OJL 8 Pemanfaatan sumber belajar Tersedianya bahan hard dan soft copy Tercukupinya bahan hard dan soft copy 9 Penilaian Keberhasilan Terselesaikan laporan OJL Peserta CKS wajib menyelesaikan laporan OJL yang baik dan benar Berdasarkan tabel di atas dan hasil pembahasan pendampingan mandiri yang dilaksanakan, agar hasil yang dicapai lebih optimal dan kendala yang dihadapi dapat diminimalisir, untuk selanjutnya dapat dilakukan pengembangan terhadap strategi yang telah diterapkan dengan alternatif sebagai berikut: Memodifikasi waktu pertemuan, tidak hanya tatap muka yang memerlukan jadwal tetapi saat diskusi di grup whatshaap baiknya terdapat jadwal diskusi bersama. Peserta CKS yang kesulitan dalam mengoperasikan komputer, terus berlatih semaksimal mungkin dengan bertanya pada teman sejawat atau MT. Keberhasilan penerapan pendampingan mandiri dalam menyelesaikan laporan OJL yang baik dan benar, tentunya tidak terlepas dari faktor-faktor pendukung, yaitu: Antusiasme peserta CKS untuk belajar dan lulus diklat. Pembelajaran berlangsung menyenangkan dan peserta CKS aktif. Peserta CKS mampu memanfaatkan teknologi. Peserta CKS mampu memahami pesan menjadi informasi cerdas. Kerja sama antar peserta CKS untuk saling tukar pendapat, terjalinnya kekompakan dalam tim Secara keseluruhan pendampingan mandiri tidak berbeda dengan pendampingan yang selama ini dilakukan, yang membedakannya adalah peserta CKS tidak hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan dan mampu bersikap dan bekinerja sebagai kepala sekolah yang dapat dipanuti insan di sekolahnya, tetapi juga dituntut untuk memiliki keterampilan yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan dan kinerja di sekolah. Dengan demikian, pendampingan mandiri tidak hanya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan aktifnya peserta CKS, namun lebih dari itu pendampingan yang dilakukan penuh pemanfaatan teknologi dan memahami informasi cerdas sehingga mampu menginspirasi peserta didik sehingga kemandirian belajar tinggi dan menghasilkan karya inovasi. Pendampingan manidri dalam rangka meningkatkan kemandirian belajar CKS dalam kepemimpinannya difokuskan pada 3 komponen yaitu metode pembelajaran, kondisi pembelajaran, dan hasil pembelajaran. Pada dasarnya pendampingan mandiri berpijak pada konsep konstruktivis dan PAKEM, yakni menekankan pada aktif. Menariknya pendampingan mandiri adalah menekankan bahwasanya pembelajaran yang menyenangkan dapat melahirkan aktivitas dan pemanfaatan teknologi semaksimal mungkin dengan memahami pesan dalam bentuk pesan yang dikemas Informasi Cerdas. Lebih menekankan pada hal bermakna terkait penyusunan laporan OJL. Disamping itu, pendampingan mandiri memudahkan peserta CKS dalam berkomunikasi, baik secara lisan, maupun tertulis, melalui pertemuan tatap muka maupun teknologi. Pendampingan mandiri dilaksanakan untuk mencapai target penyelesaian laporan OJL. Pendampingan manidri yang dilakukan meski berjalan dengan baik, namun tetap ditemui kendala yaitu masih ada peserta yang malu untuk bertanya, atau pertanyaan sudah dijawab namun tetap tidak dipahami sehingga harus berulang kali disampaikan. Kendala lainnya yaitu ketika menggunakan signal internet ternyata ada yang kehabisan kuota, padahal saat itu diskusi sedang berlangsung, atau saat melakukan diskusi melalui whatshaap,tidak semua peserta kondisi online, sehingga terkadang informasi yang masuk tertunda. Namun demikian, persoalan ini tidak terlalu mempengaruhi target ketercapaian hasil belajar. Secara keseluruhan pendampingan mandiri tidak berbeda dengan pendampingan yang selama ini dilakukan, yang membedakannya adalah peserta CKS tidak hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan dan mampu bersikap dan bekinerja sebagai kepala sekolah yang kepemimpinannya dapat dipanuti insan di sekolahnya, tetapi juga dituntut untuk memiliki keterampilan yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan dan kinerja di sekolah. Dengan demikian, pendampingan mandiri tidak hanya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan aktifnya peserta CKS, namun lebih dari itu pendampingan mandiri yang dilakukan penuh pemanfaatan teknologi dan memahami informasi cerdas sehingga mampu menginspirasi peserta didik sehingga kemandirian belajar tinggi dan menghasilkan karya inovasi. Berdasarkan paparan hasil pendampingan manidri, maka dapat disimpulkan sebagai berikut bahwasanya pendampingan mandiri dalam meningkatkan kepemimpinan CKS yaitu terlihat dari adanya respon: Kemandirian belajar peserta CKS meningkat; Efektivitas Meningkat; Efisiensi meningkat; Hasil pembelajaran atau produktivitas belajar Meningkat. Dengan demikian, kesimpulan penelitian ini adalah pendampingan mandiri dapat meningkatkan kepemimpinan calon kepala sekolah di provinsi Lampung. Saran terkait pendampingan mandiri sebagai berikut: MT harus mampu meningkatkan peserta CKS untuk memiliki percaya diri bahwa dirinya bisa mengerjakan sendiri laporan OJL MT harus selalu memberikan motivasi sehingga peserta CKS memiliki semangat untuk belajar dan merasa senang belajar. MT dan peserta CKS dapat memanfaatkan bantuan belajar untuk aktif belajar dan memahami pesan yang berasal dari pertemuan tatap muka maupun via teknologi sebagai bantuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang didapat. MT dapat menjadikan pendampingan mandiri sebagai salah satu alternatif pendampingan bagi peserta CKS dalam rangka meningkatkan kepemimpinan. DAFTAR PUSTAKA Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan, Terjemahan Rahmani Astuti, Bandung: Penerbit Kaifa Miarso, Yusufhadi.2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Reigeluth, Charles M (Ed). 1983. Instructional Design, Theories and Models:An Overview of Their Current Status, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers Rinderiyana. 2015. Model dan Metode Pembelajaran, Panduan bagi Guru-Guru dalam Pembelajaran. Lampung: Penerbit Yayasan Global Bakti Asih -------2016. Pengembangan Model Pembelajaran Virtual dan Tatap Muka Dalam Rangka Penguasaan Karya Tulis Ilmiah Populer dan Tindakan Kelas Bagi Guru.Makalah Best Practices. -------2017 Pendampingan MATIC dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Calon Kepala Sekolah. Bandarlampung Permendiknas No 13 tahun 2017 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah Widiasworo, Erwin. 2017. Strategi & Metode Mengajar Siswa di Luar Kelas (Outdoor Learning) Secara Aktif, Kreatif, Inspiratif, & Komunikatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media https://herrystw.wordpress.com/2013/01/05/kemandirian diunduh 7 April 2017 DR.Rinderiyana, S.Sos, M.Pd IBI Darmajaya Provinsi Lampung ********

Dipost Oleh Super Administrator

No matter how exciting or significant a person's life is, a poorly written biography will make it seem like a snore. On the other hand, a good biographer can draw insight from an ordinary life-because they recognize that even the most exciting life is an ordinary life! After all, a biography isn't supposed to be a collection of facts assembled in chronological order; it's the biographer's interpretation of how that life was different and important.

Post Terkait